Pada
dasarnya laki-laki dan perempuan di ciptakan secara berbeda pemikiran,
perasaan, dan penampilan. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Namun, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang dan berkarya sesuai kemampuan mereka masing-masing. Dan dalam
kehidupan sehari-hari pasti terjadi interaksi sosial antara laki-laki
dan perempuan. Di mulai dari lingkungan keluarga, pertemanan sampai
media sosial. Pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu tidak
masalah selama berteman dalam hal kebaikan. Berteman untuk bekerja sama
dalam berkarya, kegiatan sosial, mengukir prestasi maupun saling
menginspirasi satu sama lain.
Kenapa laki-laki dan perempuan bisa berteman padahal cara berpikir dan perasaan mereka berbeda?
Menurutku,
terkadang laki-laki lebih mudah menceritakan sesuatu kepada perempuan
karena ketika laki-laki bercerita kepada teman laki-laki lain tentang
kegalauannya maka ia khawatir akan di cap sebagai laki-laki yang lemah
atau baperan. Sedangkan perempuan mau bercerita kepada laki-laki karena
laki-laki cenderung logis dalam menyelesaikan sebuah permasalahan
sehingga sedikit sekali drama-drama yang terjadi dalam menghadapi sebuah
masalah.
Kemudian muncul pertanyaan :
Bisakah laki-laki dan perempuan tanpa menimbulkan perasaan sama sekali?
Jika
pertanyaannya tanpa menimbulkan perasaan sama sekali tentunya itu hal
yang sulit karena setiap manusia memiliki perasaan dalam merespon
sesuatu yang di alaminya. Perasaan itu pasti ada entah itu kagum,
simpati, termotivasi atau terharu. Itu hal yang wajar menurutku.
Lalu perasaan seperti apa yang tidak wajar?
Perasaan itu menjadi tidak wajar ketika sulit kita kendalikan. Perasaan yang membuat pertemanan menjadi bermasalah.
Memang
laki-laki dan perempuan bisa saling bercerita atau bertukar pikiran
tapi juga harus pandai-pandai dalam memilih bahan cerita agar tidak
menimbulkan kebaperan di pihak lawan jenis. Usahakan untuk tidak terlalu
sering curhat masalah pribadi karena selain menunjukkan kita sebagai
orang yang suka mengeluh, terlalu sering curhat masalah pribadi juga
bisa menimbulkan perasaan GR di pihak lawan jenis.
"Wah,dia
mau bercerita segala tentang hidupnya kepadaku. Berarti dia
mempercayaiku dan menganggapku sebagai seseorang yang istimewa baginya!"
Lalu bagaimana jika dulu pernah terlanjur curhat banyak hal?
Gapapa, yang sudah berlalu biarlah berlalu asalkan tidak di teruskan mengulang hal yang sama.
Bagaimana jika misalnya tumbuh perasaan suka kepada sahabat kita?
Ya,kita
perlu pandai-pandai mengelola perasaan tersebut. Jangan gegabah untuk
buru-buru mengungkapkan kepada sahabat yang kamu sukai. Karena hasilnya
tentu kurang baik.
Jika
sahabatmu memiliki perasaan yang sama denganmu ya kemungkinan ada dua,
kalian bisa berlanjut ke tahap serius yaitu pernikahan jika memang sudah
menyiapkan bekal pernikahan dan target menikah sudah dekat. Dan
kemungkinan kedua adalah kalian terjebak dalam dunia pacaran yang
tentunya lebih banyak dampak negatifnya. Apalagi jika target menikah
masih jauh dan sama-sama belum menyiapkan bekal pernikahan. Hanya akan
menguras banyak tenaga, pikiran, perasaan dan keuangan.
Jika
sahabatmu tidak memiliki perasaan yang sama denganmu maka
kemungkinannya juga ada dua, dia akan merasa sungkan denganmu karena
tidak bisa membalas perasaanmu akhirnya ia mundur perlahan dan menjauh
darimu karena merasa malu bertemu denganmu. Dan kemungkinan kedua kamu
yang merasa kecewa atau bahkan benci ketika sahabatmu menolakmu sehingga
hubungan pertemanan kalian bisa bermasalah.
Lalu apakah perasaan ini harus terus di pendam sambil dikejar pertanyaan "apakah dia merasakan hal yang sama?"
Hmm,
sebenarnya serba sulit sih. Ya sebesar apapun perasaan kita kepada
seseorang, akal kita harus tetap kita gunakan untuk mengelolanya. Banyak
berdoa memohon yang terbaik kepada Allah sambil terus memperbaiki diri.
Kalau perlu kurangi interaksi sejenak dengan sahabatmu itu dan jangan
stalking. Setelah perasaan itu reda, kamu pun bisa berkomunikasi lagi
dengan sahabatmu itu dengan catatan harus pandai mengelola perasaan agar
tidak mudah baper atau GR yang berujung halu.
Berbeda
halnya ketika seseorang sudah menikah maka segala hal itu harus di
bahas bersama pasangannya. Sedangkan interaksi dengan lawan jenis harus
di minimalisir supaya tidak terjadi masalah di rumah tangga itu.
Sedangkan
untuk teman-teman yang belum menikah, boleh berteman dengan lawan jenis
asalkan pandai mengontrol diri agar tidak kebablasan. Tetap berpegang
teguh pada agama dan berkomunikasi seperlunya saja.
0 Komentar